Zhafira Trans – Penjualan obat sirup di apotek dilarang karena meningkatnya penyakit ginjal akut misterius pada anak-anak. Akibat keputusan tersebut, para ibu pun mengaku bingung ketika anaknya terserang batuk dan pilek.
Ajang Kinti, ibu rumah tangga asal Bakasi, mengaku tak henti-hentinya menonton berita tentang obat sirup di TV. Sebab, ia mengaku kerap memberikan obat sirup sebagai pertolongan pertama saat anak batuk dan pilek.
“Karena sekolah offline, Bapil seperti anak pada umumnya. Kalau anak Bapil pasti adiknya dapat, lalu bapak dapat, ibu dapat, seluruh rumah dapat,” kata Ajang. kepada Zhafira Trans pada Jumat (21 Oktober 2022). Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di SDN 014 Pondok Labu, Jakarta Selatan pada Jumat (2 April 2022). [Zhafira Trans/Alfian Winanto]
Diakuinya, kabar adanya cedera ginjal akut misterius yang bisa menyebabkan gagal ginjal memang meresahkan. Sebab gejalanya sangat sulit terlihat, namun tiba-tiba bisa membuat anak sakit parah dan dirawat di rumah sakit.
“Biasanya kami menyimpan sirup gajah di rumah. Namun dengan adanya kabar ini kami sungguh khawatir,” kata ibu dua anak ini.
Avi, yang memiliki seorang putri berusia 6 tahun, juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan mengatakan bahwa risiko anak-anak terkena batuk dan pilek meningkat saat musim hujan. Namun, ia bingung karena tidak bisa lagi memberikan sirup tersebut kepada putrinya.
Apalagi belakangan ini beredar kabar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan suatu produk obat berbentuk sirup dipastikan terkontaminasi etilen glikol.
“Sensing banget karena kalau anak sakit, di Foyer dikasih obat-obatan sepuasnya. Mereka dimuntahkan begitu saja. Karena Foyer rasanya agak pahit, anak-anak jadi tidak suka,” jelas pria 29 tahun itu. tua. -tua. -wanita tua.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Mohammad Syahril Sp.P, MPH dalam pesannya kepada wartawan mengatakan, selain sirup, masyarakat bisa memberikan obat kepada anak-anak atau campuran bubuk yang dihaluskan lalu dilarutkan dalam air atau diberikan obat melalui air. dubur.
Alternatifnya bisa menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, supositoria (rektal atau dubur) atau lainnya, kata dr Syahril dalam siaran persnya, Rabu (19/10/2022).
Pemberian obat sirup secara rutin harus berdasarkan resep dan pemeriksaan dokter yang menilai urgensi anak menerima obat sirup.
Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk menjaga anak, untuk sementara tidak menggunakan obat dalam bentuk cair atau sirup tanpa berkonsultasi dengan petugas kesehatan, kata dr Siahril.
Kementerian Kesehatan melarang penjualan sirup
Setelah masalah ginjal akut yang misterius atau gagal ginjal akut pada anak-anak, Kementerian Kesehatan (Kmanax) mengimbau seluruh apotek untuk sementara waktu menghentikan penjualan obat sirup dan menggantinya dengan obat kompleks. Dua dari lima obat sirup terkontaminasi etilen glikol. (Dini/Zhafira Trans
Dalam Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan SR.01.05/III/3461/2022 disebutkan bahwa apotek untuk sementara dilarang menjual bebas obat sirup untuk penyakit apa pun kepada masyarakat.
“Seluruh apotek untuk sementara waktu tidak menjual obat-obatan yang dijual bebas dan/atau dibatasi penggunaannya kepada masyarakat dalam bentuk sirup sampai ada pemberitahuan resmi dari pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,” demikian bunyi SE Dinas Kesehatan yang diterima Suara. com. , pada Rabu (19/10/2022).
Haruskah cedera ginjal akut yang misterius menjadi kambuh?
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mendesak pemerintah menetapkan penyakit ginjal akut atau gagal ginjal akut sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Per 18 Oktober 2022, jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 206 kasus dari 20 kabupaten dengan case fatality rate 99 anak, dengan case fatality rate 65% pada pasien yang dirawat di RSCM.
Seharusnya konferensi luar biasa diselenggarakan agar memiliki fokus investigasi yang kuat, harapan akan perawatan yang memadai, dan penilaian kesehatan anak Indonesia secara komprehensif, kata Hemawan Saputra saat dihubungi Zhafira Trans, Kamis (20/10/2022).
BPOM mengeluarkan produk sirup yang terkontaminasi etilen glikol
Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM merilis daftar lima produk sirup yang terkontaminasi etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang melebihi ambang batas. Hal tersebut diyakini menjadi penyebab gagal ginjal akut misterius atau gagal ginjal akut yang menewaskan 99 anak.
Perlu diperhatikan bahwa kontaminasi etilen glikol dan dietilen glikol tidak boleh melebihi ambang batas atau asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) sebesar 0,5 miligram per kilogram berat badan per hari.
Sirup obat yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG kemungkinan besar berasal dari empat (empat) bahan tambahan yaitu propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol dan gliserin atau gliserol (pelarut), yang bukan merupakan bahan berbahaya atau dilarang digunakan dalam pembuatan obat. sirup obat,” ujarnya dalam keterangan BPOM RI yang diterima Zhafira Trans, Kamis (20/10/2022).
Di bawah ini 5 produk sirup terkontaminasi etilen glikol yang beredar di masyarakat diduga terkait dengan penyakit gagal ginjal akut yang misterius: Sirup Tremorex (obat demam) produksi PT Konimex, nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @ Sirup Florin 60 ml DMP (obat batuk pilek) produksi PT Yarindo Farmatama, nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @ 60 ml. Sirup Unibebi (Obat Batuk & Flu) Diproduksi oleh Universal Pharmaceutical Industries Nomor Lisensi Distribusi DTL7226303037A1 Kemasan Kotak Botol Plastik @ 60ml Sirup Demam Unibebi (Obat Demam) Diproduksi oleh Universal Pharmaceutical Industries Nomor Persetujuan Distribusi DBL87263,127263 Kemasan Kotak, Botol @ 60ml Unibebi Fever Drops , Diproduksi (Obat Demam), Industri Farmasi Universal, Izin Edar No. DBL1926303336A1, Kemasan Box, Botol @ 15 ml.